© ayocirebon.com

Kebutuhan teknologi di dalam industrialisasi yang semakin meningkat, menuntut pengembangan kualitas maupun kuantitasnya dapat terus mendapatkan dorongan. Transformasi industrialisasi akuakultur di Indonesia terus didorong mencapai sistem yang modern dan efisien. Dengan cara membuat inovasi sistem informasi berbasis digital yang berfungsi untuk menjamin konektivitas rantai sistem bisnis dalam industri akuakultur.

Transformasi industrialisasi akuakultur di Indonesia terus didorong mencapai sistem yang modern dan efisien. Dengan cara membuat inovasi sistem informasi berbasis digital yang berfungsi untuk menjamin konektivitas rantai sistem bisnis dalam industri akuakultur. Di Indonesia sekarang, teknologi berbasis digital belum dilakukan bersama.

Contoh inovasi digital yang sudah dilakukan dalam industri akuakultur adalah terciptanya Minapoli oleh seorang anak muda bernama Rully Setya Purnama. Inovasi tersebut berperan sebagai hub jaringan informasi dan bisnis perikanan. Menurut Rully, teknologi itu tujuan untuk memperluas dan memperkuat sekaligus sinergi jaringan industry perikanan. Selain Minapoli, teknologi lain yang ikut meramaikan transformasi industri akuakultur di Indonesia, adalah E-fishery, Iwa-Ke, fisHby, Jala, InFishta dan Growpal.

E-fishery adalah teknologi pintar yang berperan sebagai solusi pemberian pakan yang mudah dan efisien dan sekaligus mengintegrasikan pemberian pakan dengan metode continuous feeding untuk memenuhi pola makan udang yang terus menerus. Kemudian, Iwa-Ke adalah start up aplikasi pemasaran beragam ikan seperti ikan nila merah, patin dan gurami. Adapun, sarana yang dipakai antara lain Go-Jek, Iwa-Ke Depot, dan mitra pembudidaya yang luasnya sudah mencapai lebih dari 60 hektare dan jaringan pembudidaya di berbagai provinsi. Sementara, FisHby merupakan start up digital akuakultur untuk menggalang dana yang dibutuhkan pembudidaya kemudian menyalurkannya sesuai dengan perjanjian di awal. Kemudian, Jala adalah solusi bertambak udang yang menawarkan sistem manajemen terkini, dengan berbasis data, untuk membantu petambak untuk membuat keputusan manajemen yang tepat berdasarkan informasi aktual yang terjadi di tambak.
Dalam hal investasi akuakultur, start up berbasis digital seperti InFishta membantu pencarian modal invertasi perikanan yang dapat berdampak sosial sehingga membantu pembudidaya ikan untuk mendapatkan sumber modal, sekaligus mendapatkan keuntungan. Kemudian, Growpal memberikan peluang untuk membuat perubahan secara sosial melalui penanaman investasi dengan keuntungan yang menjanjikan di sektor perikanan dan kelautan.

Melalui segala pengembangan ini diharapkan seluruh stakeholders akuakultur dapat mempunyai sebuah jaringan yang mempunyai keterikatan satu sama lainnya. Selain itu juga diharapkan akan memunculkan transaksi bisnis, mencapai kesapakatan kerjasama dan hal bermanfaat lainnya. Semua teknologi tersebut menjadi upaya menghadapi tantangan global ke depan, khususnya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan di tengah krisis ekologi, utamanya keterbatasan sumber daya air. Ke depan, dia berharap paradigma pengelolaan akuakultur bisa lebih bijak dalam berfikir.

Sumber: Link