© Majalahteras.com

Hingga beberapa tahun lalu, berita kebakaran lahan gambut hampir selalu menjadi tajuk utama setiap tahunnya. Selain mengakibatkan kerusakan ekosistem, kebakaran lahan gambut berdampak kepada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di sekitarnya. Lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan nyaris mengalami kebakaran setiap tahun. Hal tersebut juga menjadi isu tahunan masyarakat Sungai (Sei) Pakning, Bengkalis, Riau. Kebakaran melalap lahan gambut milik masyarakat terjadi hampir setiap tahun. Terlebih saat musim kemarau, hampir setiap hari masyarakat bahu-membahu mencari air atau benda yang dapat memadamkan kobaran api. Puncaknya, pada tahun 2012, masyarakat Sungai (Sei) Pakning harus mengalami musibah kebakaran yang membumihanguskan lahan seluas enam hektar di wilayahnya.

Namun, itu semua adalah kisah lama yang kini tak terjadi lagi. Duka tersebut telah berakhir sejak dua tahun lalu. Ini semua berkat upaya bersama antara pemerintah, masyarakat dan Pertamina RU II Production Sei Panking. Mulai tahun 2015, hadir Program Mitigasi Karlahut (Kebakaran Lahan dan Hutan) Berbasis Masyarakat dan Pengembangan Kawasan Pertanian Nanas Terintegrasi. Melalui program tersebut, masyarakat didampingi Pemerintah dan Pertamina RU II Production Sei Pakning mendorong upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan di wilayah Bukit Batu melalui alih fungsi lahan.

Bekerjasama dengan LPPM Universitas Sebelas Maret, Pertamina Production Sei Pakning melakukan pendampingan bagi, dengan mengalihfungsi lahan semak belukar yang merupakan bekas area kebakaran lahan, menjadi pertanian nanas gambut dan melakukan diversifikasi produk olahan nanas. Pada mulanya, program ini dimulai dengan menggarap lahan 3 ha dengan tiga orang petani dan 10 orang petani penggarap. Dari lahan tersebut, hasil panen mencapai 10 ribu buah perhektar, dengan total pendapatan dari pejualan mencapai Rp17 juta per panen. Melalui kelompok tani Tunas Makmur, program ini terus mengalami perkembangan signifikan. Pada tahun 2017 tercatat telah terjadi peningkatahan lahan pertanian nanas seluas 4,5 persen dengan potensi pendapatan kelompok mencapai Rp20 juta per bulan dari penjualan hasil pertanian dan produk olahan nanas. Rencananya, pada tahun 2018 diproyeksikan luas lahan yang akan digarap seluas 15 ha.

Kelompok Tani Tunas Makmur beranggotakan 30 orang. Kelompok laki-laki sehari-hari menjalankan kegiatan Pertanian, sementara kelompok perempuan memproduksi produk nanas olahan. Saat ini, diversifikasi produk pun sudah mulai diterapkan oleh kelompok. Total sembilan produk olahan nanas yang diproduksi Kelompok Tani Tunas Makmur, yakni : keripik tepung nanas, manisan nanas, keripik nanas, keripik keju, ketela ungu, kerupuk pedas, keripik pisang gambut, dodol nanas, wajik rasa nanas. Produk unggulan kelompok tani mereka adalah keripik nanas gambut dan manisan nanas.

Produk olahan nanas gambut ini, saat ini sudah menjadi oleh-oleh khas daerah Sungai Pakning. Selain di Sungai Pakning, pemasaran produk kelompok tani Tunas Makmur juga sudah masuk ke wilayah, Dumai, Siak, hingga Pekanbaru. Selain dengan terus memperkenalkan produk mereka melalui acara-acara pemerintah atau sekolah, Kelompok tani Tunas Makmur saat ini juga sudah mengaplikasikan sistem pemasaran secara online. Sebagai penjamin mutu dan kualitas, produk dari kelompok juga sudah mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Bengkalis berupa P-IRT no . 2141408010016-22. Sekarang, masyarakat Sungai Pakning sangat termotivasi untuk mengalihfungsi lahan semak menjadi pertanian nanas karena ada nilai tambah yang didapatkan cukup besar, dan melihat kesuksesan kelompok tani Tunas Makmur. Bencana yang dulu menyimpan duka, kini menjadi harapan kesejahteraan untuk masa depan Sei Pakning.

Sumber: Link