Mari berkenalan dengan Bu Sri Wagiyem yang berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur. Telah mengabadikan dirinya selama 24 tahun sebagai petani. Lahir pada tahun 1980 di Pulau Jawa, perjalanan pertanian Bu Sri Wagiyem sudah dimulai dari tahun 2000 ketika ia menikah dan menekuni dunia pertanian bersama suaminya.

Dengan pengetahuan pengalaman dan bimbingan dari suaminya, akhirnya Bu Sri Wagiyem memutuskan untuk menjadikan petani sebagai pekerjaan utamanya. Saat ini Bu Sri Wagiyem mampu mengolah lahannya seluas ¾ hektar tanpa ketergantungan dengan suaminya.

Bertani di lahan Rawa bukan perkara mudah, tantangan banjir bisa saja datang melanda secara tiba-tiba dan bukan hanya berdampak pada tanaman yang dibudidayakan, namun juga berdampak pada kualitas tanah yang lapisan humusnya pun terbawa oleh air. Hal itu terbukti ketika diawal-awal menanam padi pasca banjir besar, saat fase pertumbuhan, padi tumbuh kurang subur dan berwarna kecoklatan, tetapi Bu Sri tidak putus asa dan menggunakan metode pertanian organik sebelum memulai penanaman. Hal itu pun berhasil, dimana hamparan sawah hijau terbentang indah di lahannya dan dapat menghasilkan sekitar 1.700 kg gabah basah per sekali panen.

Kunci keberhasilan Bu Sri bukan hanya terletak pada daerah rawa yang pada umumnya cocok untuk menanam padi, namun terletak pada sifatnya yang tangguh, rajin berinovasi dan tidak putus asa ketika menghadapi tantangan dan cobaan.

Lebih dari 20 tahun telah berlalu sejak pertama mengarungi dunia pertanian, namun semangat Bu Sri Wagiyem tidak pernah pudar. Ia terus menimba ilmu dan berinovasi untuk meningkatkan hasil panennya. Bu Sri selalu merumuskan strategi baru melalui diskusi sesama petani, memperoleh pengetahuan baru dan terus berupaya menjadi yang terbaik dibidangnya.

Kisah Bu Sri Wagiyem telah berhasil menginspirasi petani lainnya untuk mengikuti jejaknya.